Dirinya khawatir, jika pemerintah mengarahkan harus bertani ini dan bertani itu, hal itu bisa menjadi sebuah kerugian bagi petani jika hasilnya seperti yang diharapkan.
“Resikonya bupati yang kena. Contohnya dulu jauh sebelum kami menjabat, masyarakat pernah diarahkan untuk menanam dan mengusahakan kelapa secara masif. Begitu kelapa dibawa ke jakarta, ternyata tidak ada yang nampani atau pembeli yang konon diharapkan tak memenuhi. Akhirnya uang pemerintah yang untuk membayar,” jelasnya.
“Jadi saya tidak ingin mengarahkan. Silakan bercocok tanam sesuai keahlian masing-masing, mudah-mudahan dengan dibangunnya akses jalan bisa membantu akses petani untuk dijual ke pasar terdekat atau langsung ke kota. Biayanya murah,” ujarnya.
“Dan saya tidak pernah memberikan petunjuk kalau tanaman ini akan menguntungkan, silakan, semua prakarsa masyarakat,” imbuhnya.
Kepada bupati, salah seorang petani yang ditemui, Sugeng, yang sedang sibuk bekerja di ladang singkong mengaku sangat senang dengan dibangunnya jalan di jalur Duren dan sekitarnya.
“Yang jalas kami bisa jual hasil bumi lebih cepat, ongkos murah, dan benar-benar ada lebihnya usaha ini,” katanya girang.
Senada dengan Sugeng, Waryo, pengrajin madu klenceng menyatakan kegembiraannya, sehingga ia bisa menjual madu ke kota dengan lancar.
“Alhamdulillah pesanan madu lancar dan kami bisa cepat mengantarkan,” ungkap Waryo. *(pemkabbanjarnegara)
